Keluargaku adalah syurgaku

Ya Allah engkau yang maha mendengar lagi maha mengetahui kuatkanlah keimanan kami kumpulkan kami di syurga nanti aamiin.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 02 Juni 2014

Boleh gak sih meng-ghibahi (calon) Pemimpin?

oleh : Ustadz Abduh Zulfidar Akaha

Dalam kitab Riyadhush Shalihin, bab ghibah, imam An-Nawawi menyebutkan enam kriteria Ghibah yang dibolehkan. Di antaranya, yang nomor empat yaitu;

تحذير المسلمين من الشر ونصيحتهم

"Mengingatkan kaum muslimin dari suatu keburukan dan memberikan nasehat kepada mereka (agar tidak terjerumus pada keburukan tersebut)"

Masuk dalam bab ini adalah: boleh menyebutkan kekurangan seorang perawi (periwayat hadits -red) menurut ijma' kaum muslimin. Bahkan imam An-Nawawi mengatakan ini wajib, karena dibutuhkan. Selain itu, juga boleh menyebutkan kekurangan calon suami atau istri, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.

-------

Hari-hari ini, kalo ada yg "menguliti" kekurangan calon pemimpin, mungkin ia masuk bab ini, alias boleh (bahkan wajib jika diperlukan, sebagaimana kata imam An-Nawawi). Bagaimanapun mereka kelak akan memimpin kita selama lima tahun ke depan. Jangan sampe nyesel, salah pilih.. tentu saja selama tidak berlebihan, masih dalam batas kewajaran, dan masuk akal.

***

(Pertanyaan): Kalau yang meng-ghibah adalah lawan politiknya, takut jatuh padahumazah dan lumazah. Makanya paling netral minta pendapat dari yang golput.

(Jawaban Ustadz Abduh Zulfidar): Para ulama hadits "men-jarh" ("menguliti") para perawi yg terindikasi syi'ah, mu'tazilah, qadariyah, dst.. apakah para ulama itu tdk boleh dari kalangan ahlussunnah? apa mereka harus "netral"? Mengkritik yg tdk sepaham dan yg sepaham boleh2 saja, selama obyektif dan tdk berlebihan.


sumber : http://www.pkspiyungan.org/2014/05/boleh-gak-sih-meng-ghibahi-calon.html

Rabu, 20 November 2013

Ciri Ciri Orang Munafik


MUNAFIQ berasal dari kata nafaqa (نَافَقَ), yunafiqu (يُنَافِقُ), nifaqan (نِفَاق) wa munafaqatan (مُنَافَقَةً). Secara bahasa berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, dimana bila ia dicari dari salah satu lubang maka ia keluar dari lubang lainnya. Atau bisa diartikan memiliki dua lubang (wajah).

Secara syara’ munafiq berarti menampakkan ke-Islaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.
Dikatakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Nabi bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, tentang ciri-ciri orang munafik, yang berbunyi:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat,” (HR Bukhari).

Bahkan dalam Al-Quran juga dibahas tentang orang Munafik ini yang terdapat dalam Surah Al-Maidah ayat 61-64:

وَإِذَا جَاءُوكُمْ قَالُوا آَمَنَّا وَقَدْ دَخَلُوا بِالْكُفْرِ وَهُمْ قَدْ خَرَجُوا بِهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا يَكْتُمُونَ (61) وَتَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي 
الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (62) لَوْلَا يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الْإِثْمَ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَصْنَعُونَ (63) وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (64)
“Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”, padahal mereka datang kepada kamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (daripada kamu) dengan kekafirannya (pula); dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?. Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”

Dalam Tafsir ILMA Surah Al-Maidah, kandungan ayat 61-64, disebutkan ciri-ciri orang Munafik adalah sebagai berikut: (1) Suka pura-pura mengikuti petunjuk Allah; (2) Bangga melakukan perbuatan buruk; (3) keras kepala; (4) sombong; (5) mudah bermusuhan serta saling membenci; dan (6) suka merusak. []

#Saudaraku semoga Allah Jauhkan kita dari KEMUNAFIKAN :)

Minggu, 10 November 2013

MengEkstrack File di Terminal

Assalamu'alaikum Gan... :)


#hari ini ane mao berbagi trik nih bagaimana mengEkstrack di terminal ..
langsung z Yuk...


brikut tutorial cara extract file,Zip,Tar.gz,tar.bz2....melalui terminal,,,,


Untuk mengekstrak file zip lakukan dengan command line seperti di bawah ini:
unzip nama_file.zip
 

File tar.gz bisa di-ekstrak dengan menggunakan command line di bawah ini:
tar -xzf nama_file.tar.gz
bisa juga pake
tar -xvzf nama_file.tar.gz
penambahan parameter -v adalah untuk menampilkan file-file yang diekstrak.


Untuk file tar.bz2 cara mengekstraknya ga jauh beda dengan file tar.gz. Cuma beda parameter. Caranya adalah seperti di bawah ini:
tar -xjf nama_file.tar.bz2
atau
tar -xvjf nama_file.tar.bz2


Selain parameter-parameter di atas, sebenarnya masih banyak cara mengekstrak file-file tersebut. Untuk lebih lengkapnya pake command andalan, yaitu man… :D
man unzip
man tar


sedangkan jika anda ingin mengekstrak file RAR,dan ZIP silahkan ikuti petunjuk ini: simpan file RAR atau ZIP anda di /HOME.....buka terminal trus ketikkan : /HOME/nama file RAR atau ZIP anda,,,,,lalu enter.....trus ketik lagi : unrar -x nama file RAR,,,,,sdang untuk file ZIP,,,,ketik : unzip -x nama file ZIP......jika ada yng slah mhon di kritik,,,, ^_^

Saudara - saudara Ku :)


































Selasa, 22 Oktober 2013

Istilah Nama, Ikhwan, Akhwat, ukhti, Akhi dan Ana


Ikhwan: Saudara laki: laki (jamak)
Akhwat: Saudara perempuan (jamak)
Ukhti : panggilan untuk saudari perempuan
Akhi: panggilan untuk saudara laki:

Atau istilah lain akhi dan ukhti adalah orang yang kita hargai baik perempuan dan laki2

Antum : kamu (jamak)
Ikhwah fillah: saudara sekalian
Afwan: maaf
Tafaddhol: silahkan
Jazakumullahu khair: terimakasih banyak
anta : kamu, [lelaki]
antuma: kamu,dua orang [lelaki]
antum: kamu,ramai: ramai, [lelaki]
anti: kamu, [perempuan]
antuma: kamu,dua orang, [perempuan]
antukanna: kamu, ramai: ramai, [perempuan]
ana: saya
nahnu: kami
Keif Halaq: how are you
Zein: I’m fine
Ismi: My name is
Shukran: Thank you
Afwan: You’re welcome
Asf: maaf
Ahlan wa sahlan: selamat datang
Sabah al kheir: Selamat pagi
Nih aslinya adalah: Kaifa haluka (maskulin : tunggal)
Kaifa haluki(feminin : tunggal)
Kaifa halukuma(maskulin/feminin : dual)
Kaifa halukum(maskulin : plural)
Kaifa halukunna(feminin : plural)
Apa khabar anda hari ini : kaifa haluka ( ki kalau perempuan) al : yaum?
How is your pain? : kaifa bi maradhika
do u need any assistance : hal turid ayyu musa’adah minni?

Cuma dalam percakapan sehari2 demi kepraktisan biasanya digunakan sapaan seperti yg disebutkan Malef.

Zein :  I’m fine
Ismi : My name is …
Shukran :  Thank you
Afwan :  You’re welcome
Afwan/al afuw secara harfiah dipakai untuk kata ‘maaf’, tapi juga dipakai untuk ‘you’re welcome’.

Asf :  maaf
Ahlan wa sahlan : Selamat datang
Sabah al Kheir :  Selamat pagi
Hada : ini (masc)
Hadihi : itu (fem.)

Haadza : Ini (m)
Haadzihi : Ini (f)
Dzalika : Itu (m)
Tilka : Itu (f)

na`am : iya , oke ( klo Ammiyah Mesir : Aiwa )

Beit -> rumah
Matar  -> airport
Madrasah -> sekolah
Laa atakalam arabiya  -> I dont speak Arabic
kal Englisi? – > (lupa2 inget ini.. klo gak salah sih bener) Do you speak English?
chab -> shut up
mafi mushkila -> no problem
shway shway -> pelan2
taal -> come here

kullu : tiap2/setiap
nadsin : diri
daikotul : menjumpai
maut : kematian
Shukran katsiiran (terimakasih banyak)
na`am ana thalib fi gam`atil azhar … ( iyah aku mahasiswa di Al Azhar )


Mengenai kata maaf dalam bahasa Arab, memang sering kita mendengar kata ” Afwan”. Ini sudah benar, tetapi yang lebih tepat mungkin sebagaimana yang sering
saya dengar, dan sering dipakai dinegeri Arab ini adalah kata : “
Mutaassif/mutaassifah “. (maafkan saya). atau istilah afwan bisa juga Asta’fika

Biasanya kata ” Afwan ” ini sering dipakai, kalau kita mau melewati seseorang,
seperti kata ” permisi ” (mau numpang ).

Kita akan mengatakan : ” afwan, lau samahta,”(maaf kalau anda bolehkan, saya
numpang lewat), atau ” ba’da idznika/ki/kum “( sesudah keizinan dari kamu, maaf
saya mau numpang mendahului/lewat dsbgnya), itu makna dari kata : “Afwan, lau
samahta, atau afwan ba’da idznika”.

Sementara kalau kita salah pada seseorang biasanya dengan mengatakan :
“Mutaassif/ah ” ana ghalthaana/ah”.(maafkan saya saya telah berbuat salah pada
kamu).


Ahamdulillah <puji Tuhan> ada juga yang memulai thread bahasa Arab. Di sini banyak yang fasih berbahasa Arab seperti Indoparis (Mesir) dan Maleficus dikit2 (Qatar).

Bahasa Arab adalah termasuk rumpun bahasa Semitic (dibagi manjadi Hebrew dan Arab), merupakan bahasa paling well : developed di dunia. Karena tidak saja membedakan masculin dan feminin untuk kata benda (seperti bhs Prancis), tapi juga menggolongkan secara jumlah (tunggal, dual, dan plural) sementara bahasa Inggris dan Prancis hanya punya tunggal dan plural.

Kata ganti orang pertama maskulin/feminin (sama)
1. Anaa : saya
2. Nahnu : kami

Kata ganti orang kedua dan ketiga maskulin (muzakkar)
1. Huwa : dia (tunggal)
2. Huma : dia (dual)
3. Hum : dia (plural)
4. Anta : anda (tunggal)
5. Antuma : anda (dual)
6. Antum : anda (plural)

Kata ganti orang kedua dan ketiga feminin (mu’annas)
1. Hiya : dia (tunggal)
2. Huma : dia (dual)
3. Hunna : dia (plural)
4. Anti : anda (tunggal)
5. Antuma : anda (dual)
6. Antunna : anda (plural)


Kata : kata bahasa Indonesia dari bahasa Arab:

1. Kursi <kursiyyu>
2. Kitab <kitabu>
3. Waktu <waqt>
4. Saat <sa’at>
5. Kuliah <kuliyyah>
6. Kalimat <kalimah>
7. Musyawarah <musyawarah>

Nama hari
: Minggu <Ahad>
: Senin <Itsnayn>
: Selasa <Tsalasa>
: Rabu <Arba’a>
: Kamis <Khamis>
: Jumat <Jumu’at>
: Sabtu <Sabtu>

hari : (youm) يوم
senin : (itsnain) اثنين
selasa : (tsulaatsaa) ثلاثاء
rabu : (arbi’aa) اربعاء
kamis : (khamiis) خميس
jum’at : (jumu’ah) جمعة
sabtu : (sabt) سبت
minggu : (ahad) احد

contoh penggunaan dengan menyambung kata “hari” :
kalau “youm” itu sebagai permulaan kalimat, harusnye dipakein “al” didepannye, kalo ga ..ga usah pake “al”
hari senin : (hari ini, hari selasa) اليوم, يوم الثلاثاء

susunan warna :
merah : (ahmar)ا حمر
hitam : (aswad) اسود
hijau : (akhdhor)اخضر
putih : (abyadh) ابيص
kuning : (ashfar) اصفر
biru : (azhraq) ازرق


marit : sakit
ana lagi marit bie.. : gue lagi sakit bro..

abi : ayah
umi : ibu
bet abi umi nte dimana? : rumah bapak ibu lo dimana?

kul : makan
nanti siang ana harman kul nsi kebuli : nanti siang gue mau makan nasi kebuli

haya : malu
nanti di bet harem ana jangan bikin haya nte! : nanti dirumah cewek gue jangan bikin malu lo!
Siapa namamu : Man Ismamuka : ismakmien (slank)
Dimana rumahmu : Fa aina sakinatuka : Feinsakien (slank)
hadamah : pembantu
hadamah nte hali juga bie : pembantu lo cantik juga bro

ana syuftak albi sallim : melihatmu hatiku bahagia
habibie ya nurul aini : kekasihku wahai cahaya mataku
kunta feen ya habibie : dimanakah kau (m) kekasih?
ellayali : ellayali : malam : malamku
both from lagu g sendiri

la murhansat : tak terlupakan : : >mustafa amr

kam : berapa
tsaman : harga
sa’ah : jam
al : an : sekarang (gue bedain antara AIn dengan ‘ dan hamzah dengan : kek sa’ah itu pake ain, al : an pake hamzah)

kam sa’ah al : an (bisa di baca: kam sa’atul’an) : jam berapa sekarang
kam tsaman hazihi ……… (titik itu barang)
ila ayna anta tazhab : mau pergi kemana. (ila : ke. ayna : mana, anta : kamu laki2, tazhab : pergi)
min ayyi daulah : dari negara mana (min : dari, ayyi itu asal kalimatnya ayna : mana, daulah : negara.)
maza ta : kul : sedang makan apa? (maza : apa, ta : kul dari kata akala artinya makan, karna sedang (present) masuk ta, juga ta itu berarti kamu.
ayna al : hammam (dimana letak wc) hehe letak disini dha ma’ruf jadi gak usah di include.. gak mesti pake ayna makan al : hammam


Setahu saya bahasa Arab terbagi 2 bagian :
1. Fush hah (bahasa resmi, standar di seluruh dunia).
ada yg bilang acuan bahasa fushah adalah al : qur’an.

2. ‘Amiah (bahasa slank ato daerah).
kalo yg ini bisa beda2 tiap suku maupun negara2 Arab.


contohnya :
Uang : Fulus : : > Fush hah
Duit : Nuqud : : >’amiah

contoh2 bahasa ‘amiah yg laen donk, soalnya gak ada di kamus2.
kalo kosa kata fush hah gampang dicari di kamus.


A : Assalamu’alaikum.
B : Wa’alaikum salam
A : Maadzaa taf’al al : aan? (Lagi ngapain?)
B : Aqro : u kitaab : al : Parasituulugii (Lagi baca buku Parsitologi nih..)
A : Ahaadza : l : imtihan bilghod? (emangnya ada ujian ya, besok?)
B : Aiwa. (Iya, neh)
A : Oh, katstsiri : l : mudzakaroh, deh… (oh, banyak : banyak ngulang deh)
B : Insya Allah. Ud’uu lii, ya (do’ain ye..)
A : Insya Allah, ad’uu lak.. la’allaka min : an : naajihiin… (saya doain kamu, semoga sukses deh..)
B : Syukron.
A : Afwan, arji’ awwalan ya. (saya pulang duluan ya..)
B : Tafadhol (silakan)
A : Ila : l : liqoo. (Sampai jumpa lagi)
B : Ila : l : liqoo. Ma’assalamah…(ati ati yee)

Senin, 21 Oktober 2013

Kulwit "MENULIS" Salim A Fillah



Berikut kultwit yang menggugah tentang menulis dari Salim A Fillah. Selamat menikmati…
1. Menulis adalah mengikat jejak pemahaman. Akal kita sebagai kurniaNya, begitu agung dayanya menampung sedemikian banyak data-data. #Write

2. Tapi kita kadang kesulitan memanggil apa yang telah tersimpan lama; ilmu dahulu itu berkeliaran & bersembunyi di jalur rumit otak. #Write

3. Maka menulis adalah menyusun kata kunci tuk buka khazanah akal; sekata tuk sealinea, sekalimat tuk se-bab, separagraf tuk sekitab. #Write

4. Demikianlah kita fahami kalimat indah Asy Syafi’i; ilmu adalah binatang buruan, & pena yang menuliskan adalah tali pengikatnya. #Write

5. Menulis juga jalan merekam jejak pemahaman; kita lalui usia dengan memohon ditambah ilmu & dikaruniai pengertian; adakah kemajuan? #Write

6. Itu bisa kita tahu jika kita rekam sang ilmu dalam lembaran; kita bisa melihat perkembangannya hari demi hari, bulan demi bulan. #Write

7. Jika tulisan kita 3 bulan lalu telah bisa kita tertawai; maka terbaca adanya kemajuan. Jika masih terkagum juga; itu menyedihkan. #Write


8. Lebih lanjut; menulis adalah mengujikan pemahaman kepada khalayak; yang dari berbagai sisi bisa memberi penyeksamaan & penilaian. #Write

9. Kita memang membaca buku, menyimak kajian, hadir dalam seminar & sarasehan; tapi kebenaran pemahaman kita belum tentu terjaminkan. #Write

10. Maka menulislah; agar jutaan pembaca menjadi guru yang meluruskan kebengkokan, mengingatkan keterluputan, membetulkan kekeliruan. #Write

11. Penulis hakikatnya menyapa dengan ilmu; maka ia berbalas tambahan pengertian; kian bening, kian luas, kian dalam, kian tajam. #Write

12. Agungnya lagi; sang penulis merentangkan ilmunya melampaui batas-batas waktu & ruang. Ia tak dipupus usia, tak terhalang jarak. #Write

13. Adagium Latin itu tak terlalu salah; Verba Volant, Scripta Manent. Yang terucap kan lenyap tak berjejak, yang tertulis mengabadi. #Write

14. Tapi bagi kita, makna keabadian karya bukan hanya soal masyhurnya nama; ia tentang pewarisan nilai; kemaslahatan atau kerusakan. #Write

15. Andaikan benar bahwa Il Principe yang dipersembahkan Niccolo Machiavelli pada Cesare de Borgia itu jadi kawan tidur para tiran… #Write

16. ..seperti terisyu tentang Napoleon, Hitler, & Stalin; akankah dia bertanggungjawab atas berbagai kezhaliman nan terilham bukunya? #Write

17. Sebab bukan hanya pahala yang bersifat ‘jariyah’; melainkan ada juga dosa yang terus mengalir. Menjadi penulis adalah pertaruhan. #Write

18. Mungkin tak separah Il Principe; tapi tiap kata yang mengalir dari jemari ini juga berpeluang menjadi keburukan berrantai-rantai. #Write

19. Dan bahagialah bakda pengingat; huruf bisa menjelma dzarrah kebajikan; percikan ilhamnya tak putus mencahaya sampai kiamat tiba. #Write

20. Lalu terkejutlah para penulis kebenaran, kelak ketika catatan amal diserahkan, “Ya Rabbi, bagaimana bisa pahalaku sebanyak ini?” #Write

21. Moga kelak dijawabNya, “Ya, amalmu sedikit, dosamu berbukit; tapi inilah pahala tak putus dari ilham kebajikan nan kau tebarkan.” #Write

22. Tulisan sahih & mushlih; jadi jaring yang melintas segala batas; menjerat pahala orang terilham tanpa mengurangi si bersangkutan. #Write

23. Menulis juga bagian dari tugas iman; sebab makhluq pertama ialah pena, ilmu pertama ialah bahasa, & ayat pertama berbunyi “Baca!” #Write

24. Tersebut di HR Ahmad & ditegaskan Ibn Taimiyah dalam Fatawa, “Makhluq pertama yang diciptaNya ialah pena, lalu Dia berfirman… #Write

25. ..”Tulislah!” Tanya Pena; “Apa yang kutulis, Rabbi?” Kata Allah; “Tulis segala ketentuan yang Kutakdirkan bagi semua makhluqKu.” #Write

26. Adapun ilmu yang diajarkan pada Adam & membuatnya unggul atas malaikat nan lalu bersujud adalah bahasa; kosa kata. (QS 2: 31) #Write

27. Dan “Baca!”; wahyu pertama. Bangsa Arab nan mengukur kecerdasan dari kuatnya hafalan hingga memandang rendah tulis-baca
28. ..menulis -kata mereka- ialah alat bantu bagi yang hafalannya di bawah rata-rata>, tiba-tiba meloncat ke ufuk, jadi guru semesta. #Write

29. Muhammad hadir bukan dengan mu’jizat yang membelalakkan; dia datang dengan kata-kata yang menukik-menghunjam, disebut ‘Bacaan’. #Write

30. Maka Islam menjelma peradaban Ilmiah, dengan pena sebagai pilarnya; wawasan tertebar mengantar kemaslahatan ke seantero bumi. #Write

31. Semoga Allah berkahi tiap kata yang mengalir dari ujung jemari kita; sungguh, buku dapat menggugah jiwa manusia & mengubah dunia. #Write

32. Bagaimana sebuah tulisan bisa mengilhami; tak tersia, tak jadi tragika, & tak menjatuhkan penulisnya dalam gelimang kemalangan? #Write

33. Saya mencermati setidaknya ada 3 kekuatan yang harus dimiliki seorang penulis menggugah; Daya Ketuk, Daya Isi, & Daya Memahamkan. #Write

34. Daya Ketuk ini paling berat dibahas; yang mericau ini pun masih jauh & terus belajar. Ia masalah hati; terkait niat & keikhlasan. #Write

35. Pertama, marilah jawab ini: 1) Mengapa saya harus menulis? 2) Mengapa ia harus ditulis? 3) Mengapa harus saya yang menuliskannya? #Write

36. Seberapa kuat makna jawaban kita atas ke-3 tanya ini, menentukan seberapa besar daya tahan kita melewati aneka tantangan menulis. #Write

37. Alasan kuat tentang diri, tema, & akibat dunia-akhirat jika tak ditulis; akan menggairahkan, menggerakkan, membakar, menekunkan. #Write

38. Keterlibatan hati & jiwa dengan niat menyala itulah yang mengantarkan tulisan ke hati pembaca; mengetuk, menyentuh, menggerakkan. #Write

39. Tetapi; tak cukup hanya hati bergairah & semangat menyala saja jika yang kita kehendaki adalah keinsyafan suci di hati pembaca. #Write

40. Menulis memerlukan kata yang agung & berat itu; IKHLAS. Kemurnian. Harap & takut hanya padaNya. Cinta kebenaran di atas segala. #Write

41. Allah gambarkan keikhlasan sejati bagai susu; terancam kotoran & darah, tapi terupayakan; murni, bergizi, memberi tenaga suci… #Write

42. …dan mudah diasup, nyaman ditelan, lancar dicerna oleh peminum-peminumnya, menjadi daya untuk bertaat & bertaqwa (QS 16: 66). #Write

43. Maka menjadi penulis yang ikhlas sungguh payah & tak mudah, ada goda kotoran & darah, kekayaan & kemasyhuran, riya’ & sum’ah. #Write

44. Jika ia berhasil dilampaui; jadilah tulisan, ucapan & perbuatan sang penulis bergizi, memberi arti, mudah dicerna jadi amal suci. #Write

45. Sebaliknya; penulis tak ikhlas itu; tulisannya bagai susu dicampur kotoran & darah, racun & limbah; lalu disajikan pada pembaca. #Write

46. Ya Rabbi; ampuni bengkoknya niat di hati, ampuni bocornya syahwat itu & ini, di tiap kali kami gerakkan jemari menulis & berbagi. #Write

47. Sebab susu tak murni, tulisan tak ikhlas, memungkinkan 2 hal: a) pembaca muak, mual, & muntah bahkan saat baru mengamati awalnya. #Write

48. Atau lebih parah: b) pembaca begitu rakus melahap tulisan kita; tapi yang tumbuh di tubuhnya justru penyakit-penyakit berbahaya. #Write

49. Menulis berkeikhlasan, menabur benih kemurnian; agar Allah tumbuhkan di hati pembaca pohon ketaqwaan. Itulah daya ketuk sejati. #Write

50. Daya sentuh, daya ketuk, daya sapa di hati pembaca; bukan didapat dari wudhu’ & shalat yang dilakukan semata niat menoreh kata.. #Write

51. …Ia ada ketika kegiatan menghubungkan diri dengan Dzat Maha Perkasa, semuanya, bukan rekayasa, tapi telah menyatu dengan jiwa.. #Write

52. …lalu menulis itu sekedar 1 dari berbagai pancaran cahaya yang kemilau dari jiwanya; menggenapi semua keshalihan nan mengemuka. #Write

54. Setelah Daya Ketuk, penulis harus ber-Daya Isi. Mengetuk tanpa mengisi membuat pembaca ternganga, tapi lalu bingung berbuat apa. #Write

55. Daya Ketuk membuat pembaca terinsyaf & tergugah; tapi jika isi yang kemudian dilahap cacat, timpang, rusak; jadilah masalah baru. #Write

56. Daya Isi adalah soal ilmu. Mahfuzhat Arab itu sungguh benar; “Fakidusy Syai’, Laa Yu’thi: yang tak punya, takkan bisa memberi.” #Write

57. Menjadi penulis adalah menempuh jalan ilmu & berbagi; membaca ayat-ayat tertulis; menjala hikmah-hikmah tertebar. Tanpa henti. #Write

58. Ia menyimak apa yang difirmankan Tuhannya, mencermati yang memancar dari hidup RasulNya; & membawakan makna ke alam tinggalnya. #Write

59. Dia fahami ilmu tanpa mendikotomi; tapi tetap tahu di mana menempatkan yang mutlak terhadap yang nisbi; mencerahkan akal & hati. #Write

60. Penulis sejati memiliki rujukan yang kuat, tetapi bukan tukang kutip. Segala yang disajikan telah melalui proses internalisasi. #Write

61. Penulis sejati kokoh berdalil bukan hanya atas yang tampak pada teks; tapi disertai kefahaman latar belakang & kedalaman tafsir. #Write

62. Dengan proses internalisasi; semua data & telaah yang disajikan jadi matang & lezat dikunyah; pembacanya mengasup ramuan bergizi. #Write

63. Sebab konon ‘tak ada yang baru di bawah matahari’; tugas penulis sebenarnya memang cuma meramu hal-hal lama agar segar kembali. #Write

64. Atau mengungkap hal-hal yang sudah ada, tapi belum luas dikenali. Diperlukan ketekunan untuk melihat 1 masalah dari banyak sisi. #Write

65. Atau mengingatkan kembali hal-hal yang sesungguhnya telah luas difahami; agar jiwa-jiwa yang baik tergerak kuat untuk bertindak. #Write

66. Maka dia suka menghubungkan titik temu aneka ilmu dengan pemaknaan segar & baru, dengan tetap berpegang kaidah sahih & tertentu. #Write

67. Dia hubungkan makna nan kaya; fikih & tarikh; dalil & kisah; teks & konteks; fakta & sastra; penelitian ilmiah & sisi insaniyah. #Write

68. Dia menularkan jalan ilmu untuk tak henti menggali; tulisannya tak membuat orang mengangguk berdiam diri; tapi kian haus mencari. #Write

69. Ia bawakan pemaknaan penuh warna; beda bagi masing2 pembaca; beda bagi pembaca sama di saat lainnya. Membaru, mengilhami selalu. #Write

70. Maka karyanya melahirkan karya; syarah & penjelasan, catatan tepi & catatan kaki, juga sisi lain pembahasan, & bahkan bantahan. #Write

71. Seorang penulis menggugah memulai Daya Memahamkan-nya dengan 1 pengakuan jujur; dia bukanlah yang terpandai di antara manusia. #Write

72. Sang penulis sejati juga memahami; banyak di antara pembacanya yang jauh lebih berilmu & berwawasan dibandingkan dirinya sendiri. #Write

73. Maka dalam hati, dia mencegah munculnya rasa lebih dibanding pembaca: “Aku tahu. Kamu tidak tahu. Maka bacalah agar kuberitahu.” #Write

74. Setiap tulisan & buku yang disusun dengan sikap jiwa penulis “Aku tahu! Kamu tak tahu!” pasti berat & membuat penat saat dibaca. #Write

75. Kadang senioritas atau lebih tingginya jenjang pendidikan tak tersengaja lahirkan sikap jiwa itu. Sang penulis merasa lebih tahu. #Write

76. Sikap jiwa kepenulisan harus diubah; dari “Aku tahu! Kamu tak tahu!” menjadi suatu rasa nan lebih adil, haus ilmu, & rendah hati. #Write

77. Penulis sejati ukirkan semboyan, “Hanya sedikit ini yang kutahu, kutulis ia untukmu, maka berbagilah denganku apa yang kau tahu.” #Write

78. Penulis sejati sama sekali tak berniat mengajari. Dia cuma berbagi; menunjukkan kebodohannya pada pembaca agar mereka mengoreksi. #Write

79. Penulis sejati berhasrat tuk diluruskan kebengkokannya, ditunjukkan kelirunya, diluaskan pemahamannya, dilengkapi kekurangannya. #Write

80. Penulis sejati jadikan dirinya seakan murid yang mengajukan hasil karangan pada guru; berribu pembaca menjelma guru berjuta ilmu. #Write

81. Inilah yang jadikan tulisan akrab & lezat disantap; pertama-tama sebab penulisnya adil menilai pembaca, haus ilmu, & rendah hati. #Write

82. Pada sikap sebaliknya, kita akan menemukan tulisan yang berribu kali membuat berkerut dahi, tapi pembacanya tak kunjung memahami. #Write

83. Lebih parahnya; keinginan untuk tampil lebih pandai & tampak berilmu di mata pembaca sering membuat akal macet & jemari terhenti. #Write

84. Jika lolos tertulis; ianya jadi kegenitan intelektual; inginnya dianggap cerdas dengan banyak istilah yang justru membuat mual. #Write

85. Kesantunan Allah jadi pelajaran buat kita. RasulNya menegaskan surga itu tak terbayangkan. Tapi dalam firmanNya, Dia menjelaskan. #Write

86. Dia gambarkan surga dalam paparan yang mudah dicerna akal manusia; taman hijau, sungai mengalir, naungan rindang, buahan dekat.. #Write

87. ..duduk bertelekan di atas dipan, dipakaikan sutra halus & tebal, pelayan hilir mudik siap sedia, bidadari cantik bermata jeli.. #Write

88. Allah Maha Tahu, tak bersombong dengan ilmu; Dia kenalkan diriNya bukan sebagai Ilah awal-awal, melainkan Rabb nan lebih dikenal. #Write

89. Penulis sejati hayati pesan Nabi; bicaralah pada kaum sesuai kadar pemahamannya, bicaralah dengan bahasa yang dimengerti mereka. #Write

90. Penulis sejati mengerti; dalam keterbatasan ilmu nan dimiliki, tugasnya menyederhanakan yang pelik, bukan merumitkan yang sahaja. #Write

91. Itupun tidak dalam rangka mengajari; tapi berbagi. Dia haus tuk menjala umpan balik dari pembaca; kritik, koreksi, & tambah data. #Write

92. Penulis sejati juga tahu; yang paling berhak mengamalkan isi anggitannya adalah dirinya sendiri. Daya Memahamkan berhulu di sini. #Write

93. Sebab seringkali kegagalan penulis memahamkan pembaca disebabkan diapun tak memahami apa yang ditulisnya itu dalam amal nyata. #Write

94. Begitulah Daya Memahamkan; dimulai dengan sikap jiwa yang adil, haus ilmu, & rendah hati terhadap pembaca kita, lalu dikuatkan.. #Write

95. ..dengan tekad bulat tuk menjadi orang pertama nan mengamalkan tulisan, & berbagi pada pembaca dengan hangat, akrab, penuh cinta. #Write

96. Kali ini, tercukup sekian ya Shalih(in+at) bincang #Write. Maafkan tak melangkah ke hal teknis, sebab banyak nan lebih ahli tentangnya:)

97. Kita lalu tahu; menulis bukanlah profesi tunggal & mandiri. Ia lekat pada kesejatian hidup sang mukmin; tebar cahaya pada dunia. #Write

98. Maka menulis hanya salah satu konsekuensi sekaligus sarana bagi si mukmin tuk menguatkan iman, ‘amal shalih, & saling menasehati. #Write

99. Jika ada ‘amal lain yang lebih kuat dampaknya dalam ketiga perkara itu; maka kita tak boleh ragu: tinggalkan menulis menujunya:) #Write

Selasa, 08 Oktober 2013

Sanah Helwa Ya Akhi :)

masa ibarat nyawa bagi manusia 
 mestilah diurus dengan bijaksana
hargailah masa dengan sebaiknya supaya tidak rugi
renungilah masa yang telah berlalu Ia tak akan boleh datang kembali
ambillah ikhtibar untuk diteladani agar terbentuk peribadi yang murni
Isilah masa jangan dipersiakan , rancanglah dengan teliti dan berkesan

Ilmu di cari luaskan pengalaman Ibadah dilupa jangan
perjalanan masa tak menunggu kita semakin lama usia betambah tua
bertuahnya kita jika dapat mencapai umur dan amalan seiring usia
masa muda jangan ikut perasaan masa tua biasanya serba tak senang
datanglah pelbagai penyakit tak diundang , mulakanlah ibadah dari sekarang
Hidup dibina berlandaskan kebenaran semoga pulang dengan hati yang tenang
masa di dunia hanyalah sementara , masa di akhirat kekal selamanya..
marilah tunaikan kewajipan kita pada yang maha Esa
masa tidak akan merugikan kita bila diatur dengan penuh sempurna
seperti yang dituntut oleh agama hidup pastikan sejahtera selamanya......
“Wahai Tuhan kami! 
Janganlah Engkau memesongkan hati kami 
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, 
dan kurniakanlah kepada kami limpah rahmat dari sisiMu; 

sesungguhnya Engkau jualah Tuhan Yang melimpah-limpah pemberianNya.
Wahai Tuhanku! Kurniakanlah kepadaku dari sisiMu zuriat keturunan yang baik; sesungguhnya Engkau sentiasa Mendengar (menerima) doa permohonan”.
“Wahai Tuhanku! Jadikanlah daku orang yang mendirikan sembahyang dan demikianlah juga zuriat keturunanku. 

Wahai Tuhan kami, perkenankanlah doa permohonanku.“Wahai Tuhan kami! Jadikanlah kami orang-orang Islam (yang berserah diri) kepadaMu, dan jadikanlah daripada keturunan kami umat Islam (yang berserah diri) kepadamu, dan tunjukkanlah kepada kami syariat dan cara-cara ibadat kami, dan terimalah taubat kami; sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani;

“Wahai Tuhan kami, berilah kami beroleh dari isteri-isteri dan zuriat keturunan kami: perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya, dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertaqwa.

@Aamiin... Ya Robbal'Aalamiin...

Selasa, 08 Oktober 2013 jam 21:06 
Pesantren Teknologi Informasi dan Komunikasi (PeTIK) 
Depok Pancoranmas Rangkepan jaya .... :D